EURO 2012 FRESH FACE FANS

Sabtu, 30 Juni 2012



Salam fashion Euro 2012 untuk anda semua. Kali ini kita akan melihat fans Euro 2012 yang cantik-cantik,yang membuat Euro kali ini begitu 'meriah'.


POLANDIA






YUNANI

 

 

RUSIA




CZECH



 

BELANDA

 

 

PORTUGAL




JERMAN




DENMARK



 

KROASIA



 

IRLANDIA


ITALIA








SPANYOL

 

PRANCIS


SWEDIA





INGGRIS


 

UKRAINA



6 Gaya Membingkai Mata dengan Eyeliner

Kamis, 28 Juni 2012

Ketika merias diri, salah satu kosmetik yang wajib diaplikasikan adalah eyeliner. Menggariskan eyeliner di mata dapat membuat mata Anda menjadi lebih dramatis dan menonjolkan kerlingan mata yang indah.

Penggunaan eyeliner pun kini semakin beragam. Seperti dilansir All Women Stalk, ada beberapa gaya penggunaan eyeliner bisa jadi rekomendasi, sekaligus tips pemakaiannya.

1. The Natural LookGaya eyeliner ini akan membuat mata Anda terlihat benar-benar alami. Jika mata Anda besar dan ingin terlihat lebih kecil, sapukan eyeliner tepat di garis pertumbuhan bulu mata, sehingga memberikan efek bulu mata tebal dan mata terlihat lebih kecil. Jika mata kecil dan ingin terlihat besar, buatlah garis eyeliner yang tipis.

 2. V Style
Gaya eyeliner yang satu ini berbentuk V. Caranya dengan memberikan pola yang sedikit tebal dan runcing di sudut luar mata. Untuk siang hari, garis yang diuraikan tidak melebihi kelopak mata, agar penampilan terlihat tetap natural. Untuk malam hari, Anda bisa menggariskannya melebihi kelopak mata.










 3. All the Way Around
Tampilan eyeliner ini cukup menawan, tapi tidak semua bentuk mata cocok untuk gaya ini. Mata kecil tidak tepat menggunakan gaya eyeliner ini, karena membuat ilusi mata semakin kecil. Sangat cocok untuk mata yang besar. Tekniknya, dengan membuat garis tebal di garis mata bagian atas dan lebih tipis di bagian bawah.











 4.Thick and Intens
Kunci untuk menerapkan style ini adalah setelah Anda menyapukan eyeliner pada bagian atas dan bawah mata sapukan eyeliner dengan brush (bisa menggunakan brush eyeshadow) agar menciptakan efek tebal, namun tetap halus. Anda juga dapat menambahkan eyeshadow warna gelap untuk melengkapi keindahan mata Anda. Kesan dramatis akan tercipta dari gaya ini.














5. Cleopatra Tilt
Ini adalah gaya eyeliner klasik, namun banyak disukai. Anda dapat menggariskan eyeliner ke bagian garis mata atas dan bawah mata yang meluas ke sudut luar mata dan runcingkan sudut luarnya. Mau tebal atau tipis, sesuai selera Anda. Jika ingin lebih mencolok, gunakan garis yang tebal.













6. The Smoky Eye
Tampilan yang satu ini perpaduan antara eyeshadow dan eyeliner. Tentu hal ini cocok dipakai saat Anda berpergian di waktu malam. Untuk menerapkan gaya ini, gariskan eyeliner cukup tebal di bagian atas ke arah sudut luar dan juga gariskan tipis-tipis di bagian bawah mata. Agar tampilan tidak terlalu seram, sebaiknya gunakan eyeshadow warna abu-abu atau coklat. Eyeshadow tidak hanya diaplikasikan di kelopak mata, tapi juga di bawah mata, tepat di bawah eyeliner.



 Slamat mencoba



RELEASED,Firefox for Android

Rabu, 27 Juni 2012


Apakah anda pengguna Android? Atau anda seorang android mania? Bila ya,maka ada kabar gembira untuk anda. Mozilla mengumumkan kehadiran versi baru dari Firefox untuk Android yang kini sudah bisa diunduh di Google Play. Firefox for Android versi anyar ini pun membawa sejumlah peningkatan fitur serta membuatnya lebih cepat dalam mengantarkan user berselancar.

"Kami mendesain ulang Firefox for Android untuk membuat peningkatan luar biasa cepat dan disesuaikan dengan kebutuhan personal dalam penjelajahan mobile," ujar Mozilla dalam keterangannya yang kami terima, Rabu (27/6/2012).

User diklaim bakal merasakan adanya improvisasi performa yang membuat Firefox pada ponsel Android menjadi sangat cepat dari waktu memulai, memuat halaman sampai panning dan zooming.

Sebagai tambahan, Mozilla juga membuat tolok ukur baru bernama Eideticker untuk memastikan pengalaman penjelajahan web pengguna benar-benar terjadi. "Kami membangun Firefox for Android untuk itu, menghasilkan sebuah pengalaman yang dua kali lebih cepat dari peramban (browser) standar," umbarnya.

Firefox for Android memiliki tampilan segar dengan halaman awal disesuaikan dengan kebutuhan personal. Awesome Screen baru yang diperkuat oleh Firefox Sync menghadirkan semua sejarah penjelajahan, bookmark, password, dan data formulir ke ponsel Android pengguna.

"Kami juga mengoptimalkan fitur favorit Anda seperti tabbed browsing, Firefox Sync, dan Firefox Add-ons untuk menghadirkan pengalaman menjelajah mobile sebaik mungkin," imbuh Mozilla.

Firefox for Android mendukung Flash sehingga Anda bisa menonton video, bermain game, dan berinteraksi dengan lebih banyak konten web di ponsel Android.

Dari sisi keamanan, aplikasi ini diklaim menghormati privasi penggunanya dan telah menyiapkan sistem keamanan dengan fitur-fitur seperti Do Not Track, Master Password, hingga HTTP Strict Transport Security.





Kapabilitas HTML5 baru pada Firefox for Android juga membuat para pengembang dapat menciptakan aplikasi web dan situs web yang kaya berdasarkan pada HTML5, JavaScript, CSS, dan standar web terbuka lainnya.

"Sebagai penyokong web, Mozilla menyingkapkan API Web baru dan mengirimkannya kepada grup standar untuk memajukan web sebagai sebuah platform. Sejumlah standar yang turut dibangun Mozilla adalah Camera API, Vibration API, Mobile Connection API, Battery Status API, Screen Orientation API, dan Geolocation API," Mozilla menandaskan.

Berikut link untuk mengunduh Firefox for Android: http://mzl.la/Firefox-Android-id

Sekedar mengingatkan saja,OS Android adalah keluaran Google,dan Google sendiri memiliki aplikasi bernama GOOGLE CHROME. Nah,kini pilihan untuk "berselancar" di dunia maya semakin banyak bagi handset ber OS Android. Sekedar tips sdikit nih,bila anda ingin "ngenet" dengan cepat,pastikan Operator anda mempunyai koneksi yang stabil,Procesor handset anda juga mumpuni (sebaiknya di atas 1Ghz), juga pemakaian multitasking anda..

Selamat mencoba ya......




TIKI TAKA DI GUGAT?

Gaya bermain tiki-taka yang diperagakan Spanyol mulai mendapat kritikan karena dianggap membosankan. Kubu La Furia Roja tak terlalu memusingkannya dan akan tetap memakai gaya mereka.

Dengan mengandalkan umpan-umpan pendek khas tiki-taka, Spanyol selalu unggul dalam penguasaan bola saat melawan tim mana pun. Dan karena hal tersebut, para lawan mereka seakan tak punya pilihan selain bermain bertahan.

Tiki-taka awalnya mendapatkan pujian karena memanjakan mata penonton. Gaya bermain semacam ini juga telah berbuah trofi Piala Eropa dan Piala Dunia untuk Spanyol.

Namun, belakangan tiki-taka dianggap mulai tak menarik lagi. Sebabnya, Spanyol cuma banyak menguasai bola di lini tengah atau depan kotak penalti lawan tapi tak mampu menciptakan banyak peluang. Contoh terbaru adalah saat mereka mengalahkan Prancis 2-0 di perempatfinal Piala Eropa 2012.

Media italia mengatakan,spanyol hanya "menyembunyikan" bola dengan cara permainan mereka. "Apa gunanya menguasai bola tanpa mengancam gawang lawan???" tulis media tersebut.  Kalo dipikir pikir benar
juga kata media tersebut,mengusasai bola ditengah,tanpa maju kedepan seperti saat melawan prancis,membosankan. Tapi setiap orang,punya pandangan masing masing tentunya.

Namun, bagi Andres Iniesta, gaya tersebut justru harus dipertahankan. Dia mengatakan bahwa dengan gaya tiki-taka, Spanyol telah berhasil meraih kejayaan dalam beberapa tahun terakhir. Gelandang Barcelona ini meminta timnya tetap memakai gaya ini di laga semifinal kontra Portugal, Kamis (28/6/2012) dinihari WIB.

"Kami punya gaya sendiri, cara bermain yang sudah memberikan sukses untuk kami. Kami sudah memenangi dua trofi dengan gaya seperti ini. Tetapi, pendapat apapun adalah valid dan saya menghormatinya," ucap Iniesta seperti dilansir Reuters.

"Ini adalah metode yang telah membawa sukses buat kami. Mari kita tengok beberapa tahun ke belakang, di mana kami mengubah sejarah sepakbola Spanyol. Jangan lupakan bagaimana cara kami melakukannya," imbuhnya.

Menurut pencetak gol tunggal Spanyol ke gawang Belanda di final Piala Dunia 2010 ini, banyak lawan Spanyol yang memilih bermain tertutup dan bertahan rapat. Dia menilai hal inilah yang sebenarnya membuat sepakbola menjadi tidak menarik.

"Ketika Anda memiliki sebuah tim yang terus bermain menyerang, dan Anda menghadapi lawan yang bertahan total dan tak menyisakan ruang, tentu saja ini tidak akan seatraktif pertandingan dua tim yang sama-sama ingin menang," tegasnya.

ITALIA VS INGGRIS

Minggu, 24 Juni 2012
Banyak orang mengernyitkan dahi saat coba mengingat kapan Inggris terakhir kali bertemu Italia. Walau bukan rival berat seperti Jerman-Belanda, Italia dan Inggris punya sisi menarik dari perbedaan kental akan filosofi sepakbola.

Bukan hal mengherankan ketika Italia memastikan diri bertemu Inggris di perempat final. Ya, rivalitas keduanya bukan seperti rivalitas antara Jerman-Belanda yang dilatarbelakangi sejarah perang dunia. Pun bukan seperti Argentina-Brasil yang memperebutkan status negara penguasa sepakbola di satu benua.

Walau kedua negara ini menjadi kiblat sepakbola Eropa dan dunia, Inggris dan Italia sendiri jarang dipertemukan di level kompetisi tertinggi. Rivalitas sonder pertemuan. Sepi.

Tapi, bukan berarti partai perempat final kali ini tidak menghadirkan tensi tinggi antara keduanya. Perbedaan filosofi sepakbola acap kali mengakibatkan suporter negara-negara ini beradu argumen dan saling mencerca.

Fans dan jurnalis Inggris sering memberi label pada sepakbola Italia sebagai sepakbola yang kotor, malas, defensif, dan penuh kecurangan. Sementara suporter dan media Italia menilai Inggris memainkan sepakbola yang terlalu naif dan jujur.

Utopia versus Realisme

Kultur di atas lapangan, atau di tribun stadion, tak bisa lepas dari budaya yang berkembang di masyarakat bersangkutan. Sebagian nilai dalam sepakbola Inggris berasal dari nilai etika protestan yang memiliki respek akan hukum dan peraturan. Nilai-nilai yang sama mengajarkan bahwa kerja keras dan kejujuran adalah nilai tertinggi yang dapat dimiliki oleh seseorang.

Sementara Italia memiliki kultur berbeda, yaitu kultur yang mengenal konsep peraturan adalah konsep relatif. Bahwa perbedaan antara kebenaran dan kebohongan, antara fair-play dan kecurangan, tidak selamanya hitam dan putih. Ada ruang-ruang untuk imajinasi dan interpretasi di sana.

Perbedaan nilai-nilai inilah yang menjadikan kedua negara melihat pertarungan di lapangan hijau dengan dua kacamata berbeda.

Suporter Inggris sering menyamakan pertarungan di lapangan layaknya duel; pertarungan sampai mati. Saat Inggris pergi berperang, mereka pergi dengan prinsip lebih baik mati dari pada menyerah di medan perang. Kalaupun kalah, mereka akan mati dengan tenang jika mengetahui bahwa mereka telah berjuang dengan jujur dan memberikan segalanya. Nilai-nilai yang sama juga dipegang oleh kelas pekerja sosialis di Inggris.

Sementara Italia, dan banyak negara Latin lainnya, melihat sepakbola sebagai pertarungan di hutan rimba, di mana mempertahankan diri dinilai lebih penting daripada nilai-nilai. Mereka akan menggunakan segalanya untuk tidak kalah, bahkan jika itu berarti bermain di daerah abu-abu.

Maka jangan heran jika tipe sepakbola yang Italia usung adalah sepakbola yang penuh kalkulasi dan strategi. Pesepakbola Italia bertarung tidak hanya dengan kakinya, tapi juga dengan otaknya, dengan imajinasinya, dengan emosinya, dengan hatinya, dengan tangannya, bahkan dengan matanya.

Mereka akan menghitung kelemahan terbesar lawan dan mengeksploitasinya, walau itu dilakukan dengan mengacaukan emosi dan psikologis musuhnya.

Andrea Tallarita, dalam kolom brilliannya “Understanding Italian Football", mengilustrasikan kedua perbedaan kultur ini dengan baik. Orang Inggris memiliki Sir Gawain, keponakan Raja Arthur dan salah seorang ksatria meja bundar terhebat, sebagai pahlawan. Sementara Italia mengidolai Ulysses, penasihat raja Ithaca yang cerdik dan berhasil menang dalam perang karena trik tipuan kuda Troya-nya.

Kultur sepakbola yang satu akan selalu berjuang mencapai utopia yaitu saat kemenangan dicapai melalui kejujuran. Sementara kultur yang lain mengakar pada realita.

Pertarungan di lapangan: Fantasisti versus Pemain Sayap

Kata "imajinasi" mungkin jadi kata yang tepat untuk menggambarkan filosofi sepakbola Italia di lapangan. Hal ini dikarenakan kultur sepakbola mereka, yang sarat dengan taktik dan kalkulasi, memaksa tim-tim Italia untuk memiliki imajinasi untuk membongkar strategi.

Adalah peran seorang fantasisti, yang secara harafiah diartikan sebagai "pekerja imajinasi", untuk menyediakan kreativitas di lapangan. Mereka yang diberi anugrah kemampuan sebagai seorang fantasisti bahkan dianggap setengah dewa oleh suporter Italia. Dari masa ke masa Italia pun telah menghasilkan fantasisti yang selalu dikenang seperti Gianni Rivera, Gigi Meroni, Roberto Baggio, Francesco Totti, atau Alessandro Del Piero.

Fantasisti sendiri bukan merupakan satu posisi khusus yang ditempati oleh seorang pemain. Lewat kolomnya lagi, Andrea Tallarita menjabarkan bahwa fantasisti adalah kemampuan seorang pemain untuk melihat kapan saat jendela kesempatan, untuk menyergap lawan secara tiba-tiba, terbuka.

Bak seorang pesulap yang mengubah tongkat menjadi bunga dalam sekejap mata, seorang fantasisti dapat menipu lawannya untuk melakukan gerakan atau koreografi yang tak terduga. Di Piala Eropa ini perhatikanlah Antonio Cassano. Berbeda dengan Pirlo, sering kali umpan atau tendangan yang Cassano lakukan bukan lahir secara metodik. Seolah berontak pada aturan kapan dan bagaimana suatu umpan harus dilakukan.

Walau tak memiliki padanan kata dalam bahasa lain, fantasisti sendiri tidak dimonopoli pemain berkebangsaan Italia. Rui Costa, Zinedine Zidane, Yuri Djorkaef, atau Kaka, datang ke Seri A kemudian pulang dengan meninggalkan jejak sebagai fantasisti yang akan selalu dikenang.

Namun, dalam sejarah panjang sepakbola Inggris, kehadiran fantasisti asli Inggris sendiri dapat dihitung dengan sebelah tangan. Matt Le Tissier dan Paul Gascoigne adalah beberapa di antaranya.

Berbeda dengan Italia, peran dalam permainan sepakbola Inggris berasal dari pakem tradisional yang sulit tergantikan hingga saat ini.

Aturannya mudah: pemain bertubuh besar digunakan sebagai striker utama dan pemain tengah. Pemain dengan kecerdasan tinggi ditempatkan sebagai striker kedua. Pemain yang sulit untuk dijatuhkan melakoni peran sebagai pemain belakang, dan pemain dengan kecepatan tinggi diposisikan sebagai pemain sayap.

Pakem-pakem ini menyebabkan Inggris menghasilkan tipe-tipe pesepakbola yang sama dari generasi ke generasi. Salah satunya adalah pemain sayap.

Selain Portugal, di Eropa Inggris memang jadi negara yang rutin menghasilkan pemain sayap, baik itu pemain sayap murni (pemain berkaki kanan ditempatkan di sayap kanan, dan sebaliknya), maupun winger yang bergerak menusuk ke dalam atau lebih dikenal dengan inverted winger.

Generasi saat ini mengenal nama-nama seperti Ashley Young, James Milner, Stewart Downing, Theo Walcott, atau Adam Johnson. Sementara pada periode 90-an ada David Beckham, Ryan Giggs (dibesarkan di Liga Inggris), Steve Mcmanaman, ataupun John Barnes.

Pemain sayap ini digadang-gadang menjadi kunci kesuksesan sebuah klub yang ingin merajai Liga Inggris. Salah satu contohnya adalah apa yang dilakukan Alex Ferguson di Manchester United. Walau membuang David Beckham dari klubnya, Ferguson tak pernah gagal menghadirkan kembali serentetan pemain sayap kelas dunia di Manchester. Mulai dari Giggs, Cristiano Ronaldo, Nani, hingga kini Ashley Young berhasil ia didik. Beberapa di antaranya mampu membawa MU meraih piala demi piala di Liga Inggris.

Seperti halnya Inggris yang jarang memproduksi seorang fantasisti, sepakbola Italia pun jarang menghasilkan seorang pemain sayap. Paling banter tim-tim Italia menggunakan seconda punta (striker kedua), yang memiliki kecepatan tinggi, sebagai penyerang yang ditempatkan di sayap dalam formasi 4-3-3.

Hal ini juga diperparah dengan diadopsinya formasi 4-2-3-1 dan 4-3-1-2 oleh klub-klub serie-A dalam satu dekade terakhir. Formasi ini menitikberatkan pada peran central-midfielder sehingga para pemain sayap jarang mendapatkan panggung.

Walau kehadiran pemain sayap Inggris pada Piala Eropa ini kurang bersinar, setidaknya ada 4 gol Inggris berasal dari area sayap kanan lapangan. Di kubu Italia sendiri peran sentral Cassano dalam membuka ruang dan memberikan umpan matang pada Balotelli tak terbantahkan.

Menarik untuk diamati apakah kedua kulminasi kultur sepakbola yang berbeda ini dapat jadi titik awal rivalitas panjang antara Inggris dan Italia.

<sumber>