3 Kondisi Kesehatan Yang Perlu Di Perhatikan Saat Puasa

Selasa, 17 Juli 2012

Dalam beberapa hari ke depan masyarakat muslim akan melakukan ibadah berpuasa di bulan Ramadan. Meski begitu ada 3 kondisi yang banyak dikhawatirkan orang mengenai kesehatannya saat berpuasa.

"Kalau untuk kekhawatiran, secara statistik dan praktek saya pribadi memang penyakit maag yang paling banyak," ujar dr Hayatun Nufus, SpPD dari RSCM dalam acara Konferensi Pers Pusat Konsultasi Ahlinya Lambung di Lapangan Masjid Agung Al-Azhar, Selasa (17/7/2012).

dr Hayatun menuturkan ada 3 kondisi yang banyak dikhawatirkan orang ketika ia menjalani ibadan puasa, yaitu:

1. Maag
Banyak orang yang khawatir maagnya akan kambuh jika ia berpuasa, padahal jika penyakit maag yang diderita akibat fungsional maka melakukan puasa justru bisa mengurangi gejala karena membantu makan teratur dan kurangi konsumsi camilan.

Namun jika maag akibat organik, maka perlu pemeriksaan terlebih dahulu ke dokter untuk mengetahui apakah kondisinya memungkinkan ia untuk berpuasa. Jika sudah mendapatkan pengobatan yang tepat, maka biasanya dokter akan memberikan izin untuk berpuasa.

Umumnya penderita maag ragu untuk berpuasa karena takut penyakitnya kambuh. Tapi ternyata puasa justru bisa menyembuhkan sakit maag seseorang.

Pada saat berpuasa seseorang tidak akan makan dan minum selama kurang lebih 14 jam, yang berarti selama waktu tersebut sistem pencernaan tubuh tidak akan menerima makanan dan minuman.

Sebuah penelitian di Paris yang melibatkan 13 sukarelawan melaksanakan puasa selama bulan Ramadan, ternyata terjadi peningkatan asam lambung pada minggu pertama puasa dan kembali normal setelah minggu kedua puasa. Dan puasa sendiri akan menurunkan kadar hormon gastrin dan menurunkan asam lambung.

"Sakit maag atau dispepsia adalah kumpulan rasa nyeri atau rasa tidak nyaman pada daerah ulu hati (epigastrium)," ujar Dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB dalam acara Simposium Mini "Tetap Sehat dan Bugar Selama Bulan Ramadhan" di Aula FK-UI RSCM, Jakarta, Rabu (19/8/2009).

Dr. Ari menambahkan dispepsia dibagi menjadi dua tipe yaitu dispepsia fungsional jika endoskopinya normal dan dispepsia organik jika endoskopinya tidak normal seperti ada peradangan, sariawan (tukak) pada lambung atau usus dua belas jari, lalu adanya tumor atau polip.

Biasanya ditandai dengan gejala rasa sakit atau perih di daerah ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, sering bersendawa, nafsu makan menurun, nyeri atau panas dada dan mulut terasa pahit.

Dengan berpuasa sakit maag seseorang bisa sembuh, karena selama berpuasa seseorang akan:

  1. Makan dengan teratur setiap harinya saat sahur dan berbuka.
  2. Mengurangi mengkonsumsi camilan yang berlemak.
  3. Mengurangi rokok.
  4. Mengurangi minum kopi dan minuman bersoda.
  5. Lebih bisa mengendalikan diri.
  6. Pola hidupnya lebih teratur.

"Selain itu, sebaiknya berbuka puasa dengan yang manis dan makanan yang ringan lalu shalat terlebih dahulu baru makan besar. Dengan puasa sebaik-baiknya maka maag pun bisa disembuhkan asalkan tetap menghindari makanan-makanan yang dapat memicu," ujar Dr. Ari yang juga sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PB PAPDI ini.

Hindari makanan berlemak, makanan yang mengandung gas (sawi, kol), makanan berserat tertentu, makanan yang merangsang pengeluaran asam lambung (kopi, alkohol, susu full krim), makanan yang sulit dicerna (keju), makanan yang dapat merusak dinding lambung (cuka, pedas).

Dengan pengaturan makan yang baik maka bisa memperbaiki sakit maag selama berpuasa. Umumnya sakit maag yang fungsional dapat menjalankan ibadah puasa sedangkan untuk sakit maag organik sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya.

2. Diabetes
Puasa identik dengan makanan yang serba manis seperti es buah, kolak dan makanan lain untuk berbuka puasa. Bagi orang yang diketahui memiliki penyakit diabetes maka asupan makanan manis ini perlu diatur agar kadar gula darahnya tidak meningkat secara drastis tapi juga tidak terlalu rendah.

"Selain pola makan yang salah sehingga kadar gula darah naik, ada juga kekhawatiran seseorang tidak bisa minum obat saat puasa. Jika kadar gula darah naik maka timbul keluhan cepat mengantuk, kondisi tidak fit sampai gejala yang berat," ungkapnya.

Saat puasa gula darah orang akan turun. Tentunya bagi penderita diabetes, penurunan kadar gula darah punya konsekuensi yang serius. Boleh atau tidaknya penderita diabetes berpuasa sebaiknya mengikuti rekomendasi berikut ini.

Orang yang memiliki diabetes harus bisa mengontrol kadar gula darahnya dengan baik. Untuk itu lakukan kontrol sebelum puasa untuk mengetahui apakah ia boleh melakukan puasa atau tidak.

"Lakukan cek sebelum puasa seperti gula darah, tensi, fungsi ginjal, kolesterol, indeks massa tubuh dan berat badan sehingga bisa dilakukan stratifilasi risiko," ujar Dr Tri Juli Edi Tarigan, SpPD dalam acara seminar PAPDI dengan tema Ibadah Berkualitas Selama Puasa Tanpa Gangguan Penyakit di gedung Prodia, Rabu (27/7/2011).

Dr Tri Juli menuturkan nantinya akan keluar rekomendasi yang diperlukan untuk pasien seperti modifikasi pengobatan, karenanya setiap orang akan berbeda-beda rekomendasinya.

Untuk mengetahui apakah seseorang dengan diabetes boleh melakukan puasa atau tidak, dilihat dari risiko yang dimilikinya dalam hal ini dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
  • Risiko sangat tinggi
Seseorang dibilang memiliki risiko sangat tinggi jika ia memiliki diabetes saat hamil, diabetes tipe 1 yang sudah menggunakan insulin sejak awal diagnosis, sering mengalami gula darah drop yang berulang dan ketoasidosis (darahnya asam karena tingginya jumlah benda keton) berulang.

  • Risiko tinggi
Seseorang dibilang memiliki risiko tinggi jika ia sudah mengalami gangguan fungsi ginjal, tinggal sendiri dan menggunakan insulin atau sulfonilurea dan orang tua yang sakit-sakitan.
  • Risiko sedang
Seseorang dibilang memiliki risiko sedang jika kadar gula darahnya terkontrol dengan menggunakan obat sulfonilurea atau glinid.
  • Risiko ringan
Seseorang dibilang memiliki risiko ringan jika kadar gula darahnya terkontrol dengan diet saja atau menggunakan obat metformin atau TZD.

"Karena saat puasa kadar gula darah akan turun yang menyebabkan insulin berkurang dan hormon yang kerjanya berkebalikan dengan insulin justru meningkat seperti glukagon dan adrenalin yang berfungsi memecah glikogen sehingga memicu pembentukan keton dari hasil pemecahan non-karbohidrat," ungkapnya.

Selain itu penggunaan obat diabetes selama puasa juga bisa berubah, terutama obat yang harus dikonsumsi lebih dari 1 kali. Tetapi jika hanya kontrol diet saja atau menggunakan obat TZD umumnya pemakaian obat tidak berubah.

"Keputusan untuk puasa atau tidak pada pengidap diabetes bersifat individual dan dokter hanya memberikan saran, serta persiapan puasa juga sebaiknya dilakukan jauh waktu sebelum Ramadhan," ujar Dr Tri Ju

3. Kolesterol
Kolesterol juga bisa menjadi hal yang dikhawatirkan saat puasa akibat pola makannya yang tidak teratur, dalam hal ini saat sahur dan buka puasa tidak terkontrol makannya.

Untuk mencegah masalah kolesterol sebaiknya konsumsi buah dan sayur yang cukup, minum yang cukup serta mengurangi makanan yang digoreng-goreng seperti gorengan.


Selamat menyambut RAMADHAN..
RAMADHAN MUBARAK



0 komentar: