TUNTUNAN IBADAH PADA BULAN RAMADHAN

Rabu, 18 Juli 2012
ramadhan

A. Persiapan

1. Dituntunkan agar setiap Muslim dan Muslimah mempersiapkan diri pribadi baik secara
lahir maupun batin, dan memperbanyak melakukan puasa sunat di bulan Sya‘ban,
berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللهُ عَنْهَا قَالَتْ ... مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَآْثَرَ صِيَامًا
مِنْهُ فِي شَعْبَانَ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: ... Saya tidak pernah melihat
Rasulullah saw berpuasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan. Juga saya tidak pernah
melihat beliau banyak berpuasa kecuali di bulan Sya‘ban. [Muttafaq ‘Alaih].
2. Melakukan pengkondisian Ramadhan pada bulan Sya‘ban di lingkungan masyarakat,
rumah dan masjid-masjid dengan memperbanyak informasi dan kajian tentang Tuntunan
Ibadah Ramadhan.
3. Mempersiapkan sarana dan prasarana kegiatan di bulan Ramadhan, seperti sound system
yang memadai, mempersiapkan dan membersihkan tempat wudhu, air wudhu, kotakkotak
infaq, peralatan ta‘jil, dan lain-lain.
4. Kebersihan, baik di dalam masjid maupun di lingkungan sekitarnya.
5. Pengaturan shaf dan keamanan
6. Jadwal mu'adzin, imam, penceramah dan penjemputannya.
7. Mempersiapkan tempat shalat ‘Idul Fitri, Imam/Khatib dan penjemputannya.
8. Membentuk ‘Amil Zakat, untuk memungut dan membagikannya serta mempersiapkan
peralatannya.


B. Tuntunan Shiyam


  •   1)Pengertian Shiyam (Puasa)

a. Shiyam menurut bahasa: menahan diri dari sesuatu.
b. Shiyam menurut istilah: menahan diri dari makan, minum, hubungan seksual suami
isteri dan segala yang membatalkan sejak dari terbit fajar hingga terbenam matahari
dengan niat karena Allah.
Dasar keharusan niat berpuasa karena Allah:
1) Firman Allah SWT:
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ ... [البينة
.[5 :(98)
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan
lurus …” [QS. Al-Bayyinah (98): 5].
2) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اَ لأَعْمَالُ
بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى... [أخرجه البخاري، آتاب
الإيمان].
Artinya: “Dari Umar r.a. (diriwayatkan) bahwa Rasulullah saw bersabda: Semua
perbuatan ibadah harus dengan niat, dan setiap orang tergantung kepada niatnya
…” [Ditakhrijkan oleh Al-Bukhariy, Kitab al-Iman].
3) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ حَفْصَة أُمِّ اْلمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ.
.[153 ، [رواه الخمسة، الصنعاني، 2
Artinya: “Dari Hafshah Ummul Mu'minin r.a. (diriwayatkan bahwa) Nabi saw
bersabda: Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka
tidak sah puasanya.” [Ditakhrijkan oleh Al-Khamsah, lihat Ash-Shan‘aniy, II,
153].

  • 2. Jumlah Hari Shiyam (Puasa)

a. Shiyam dimulai pada tanggal 1 bulan Ramadhan dan diakhiri pada tanggal terakhir
bulan Ramadhan (29 hari atau 30 hari, tergantung pada kondisi bulan tersebut).
Untuk itu, maka harus mengetahui awal bulan Ramadhan.
b. Dasar keharusan mengetahui awal bulan Ramadhan:
1) Firman Allah SWT:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ
.[5 :( لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ. [يونس ( 10
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan
ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” [QS. Yunus
(10): 5]
2) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ
فَأَآْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلاَثِينَ. [رواه البخاري ومسلم].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: Puasalah karena melihat hilal dan berbukalah karena melihatnya,
apabila kamu terhalang penglihatanmu oleh awan, maka sempurnakanlah
bilangan bulan Sya’ban tiga puluh hari.” [HR. al-Bukhari, dan Muslim].
3) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَي النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنِّي رَأَيْتُ الْهِلاَلَ فَقَالَ أَتَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ قَالَ
نَعَمْ قَالَ أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ يَا بِلاَلُ أَذِّنْ
فِي النَّاسِ فَلْيَصُوْمُوْا غَدًا. [رواه ابن حبان والدارقطنى
والبيهقى والحاآم].
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Datanglah
seorang Badui kepada Nabi saw seraya katanya: Saya telah melihat hilal. Beliau
bersabda: Maukah kamu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah? Ia berkata: Ya.
Nabi saw bersabda: Maukah kamu bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Allah? Ia berkata: Ya. Bersabdalah Nabi saw: Hai Bilal, umumkanlah kepada
semua orang supaya mereka besok berpuasa.” [HR. Ibnu Hibban, Ad-Daruquthni,
Al-Baihaqi, dan Al-Hakim].
4) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا
رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَاقْدُرُوْا لَهُ. [رواه الشيخان والنسائى وابن ماجه]
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. dari Rasulullah saw, (diriwayatkan bahwa) beliau
bersabda: Bila kamu melihatnya (hilal) maka berpuasalah, dan bila kamu
melihatnya maka berbukalah (berlebaranlah). Dan jika penglihatanmu tertutup
oleh awan maka kira-kirakanlah bulan itu.” [HR. Asy-Syaikhani, An-Nasa'i, dan
Ibnu Majah].


C. Dasar Kewajiban Shiyam Ramadhan

1. Firman Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ آَمَا آُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ
.[183 :( لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ. [البقرة ( 2
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2):
183].
2. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ
عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ
الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّآَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ. [رواه البخاري
ومسلم واللفظ له، والترمذي والنسائي وأحمد].
Artinya: “Dari ‘Abdullah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Islam dibangun di atas lima dasar, yakni bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah;
mendirikan shalat; menunaikan zakat; mengerjakan haji; dan berpuasa pada bulan
Ramadhan.” [HR al-Bukhari, Muslim, at-Turmudzi, an-Nasa’i, dan Ahmad, dan lafal ini
adalah lafal Muslim].

D. Orang yang Diwajibkan dan yang Tidak Diwajibkan Berpuasa

1. Orang yang diwajibkan berpuasa Ramadhan
Orang yang diwajibkan berpuasa Ramadhan adalah semua muslimin dan muslimat yang
mukallaf. Dasarnya adalah hadits Abdullah di atas (huruf C).
2. Orang yang tidak diwajibkan berpuasa Ramadhan, dan wajib mengganti puasanya di luar
bulan Ramadhan adalah perempuan yang mengalami haidl dan nifas di bulan Ramadlan.
Para ulama telah sepakat bahwa hukum nifas dalam hal puasa sama dengan haidl.
Dasarnya adalah:
a. Hadits Nabi Muhammad saw:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ
وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَا بَلَى. [رواه البخاري].
Artinya: “Rasulullah saw bersabda: Bukankah wanita itu jika sedang haidl, tidak
shalat dan tidak berpuasa? Mereka menjawab: Ya.” [HR. Al-Bukhariy].
b. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَائِشَةَ آَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ
بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ. [رواه مسلم].
Artinya: “‘Aisyah r.a. berkata: Kami pernah kedatangan hal itu [haid], maka kami
diperintahkan mengqadla puasa dan tidak diperintahkan mengqadla shalat.” [HR.
Muslim].1


E. Orang yang Diberi Keringanan dan Orang yang Boleh Meninggalkan Puasa

1. Orang yang diberi keringanan (dispensasi) untuk tidak berpuasa, dan wajib mengganti
(mengqadla) puasanya di luar bulan Ramadhan:
a. Orang yang sakit biasa di bulan Ramadhan.
b. Orang yang sedang bepergian (musafir).
Dasarnya adalah:
1) Firman Allah SWT:
فَمَنْ آَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ...
.[184 :( [البقرة ( 2
Artinya: “Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari
yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain ...” [QS. Al-Baqarah (2): 184].
2) Sabda Nabi Muhammad saw:
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ قَالَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ
عَنِ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلاَةِ وَعَنِ الْحَامِلِ أَوِ
الْمُرْضِعِ الصَّوْمَ. [رواه الخمسة].
Artinya: “Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sungguh Allah Yang Maha Perkasa
dan Maha Mulia telah membebaskan puasa dan separo shalat bagi orang yang
bepergian, dan membebaskan pula dari puasa orang hamil dan orang yang
menyusui.” [HR. Al-Khamsah].
2. Orang yang boleh meninggalkan puasa dan menggantinya dengan fidyah 1 mud (0,5 kg)
atau lebih makanan pokok, untuk setiap hari.
a. Orang yang tidak mampu berpuasa, misalnya karena tua dan sebagainya.
b. Orang yang sakit menahun.
c. Perempuan hamil.
d. Perempuan yang menyusui.
Dasarnya adalah:
1) Firman Allah SWT:
.[184 :( وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ... [البقرة ( 2
1 Ketika mensyarah hadis ini an-Nawaw³ menjelaskan, “Ungkapan ‘… maka kami diperintahkan mengqadla
puasa dan tidak diperintahkan mengqadla shalat’ adalah hukum yang telah disepakati. Kaum Muslimin juga telah
berijmak bahwa wanita sedang haid dan nifas tidak wajib shalat dan puasa, dan tidak wajib mengqadla shalat tetapi
wajib mengqadla puasa.”
Artinya: “Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka
tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” [QS.
Al-Baqarah (2): 184].
2) Hadits Nabi Muhammad saw:
إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ قَالَ: إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ
عَنِ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصَّلاَةِ وَعَنِ الْحَامِلِ أَوِ
الْمُرْضِعِ الصَّوْمَ. [رواه الخمسة].
Artinya: “Bahwa Rasulullah saw bersabda: Sungguh Allah Yang Maha Perkasa
dan Maha Mulia telah membebaskan puasa dan separo shalat bagi orang yang
bepergian, dan membebaskan pula dari puasa orang hamil dan orang yang
menyusui.” [HR. Al-Khamsah].


F. Hal-hal yang Membatalkan Puasa dan Sanksinya

1. Makan dan minum di siang hari pada bulan Ramadhan, puasanya batal, dan wajib
menggantinya di luar bulan Ramadhan.
Allah SWT berfirman:
وَآُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ
.[187 :( مِنَ الْفَجْرِ ... [البقرة ( 2
Artinya: “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam,
yaitu fajar ...” [QS. Al-Baqarah (2): 187].
2. Senggama suami-isteri di siang hari pada bulan Ramadhan; puasanya batal, dan wajib
mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan, dan wajib membayar kifarah berupa:
memerdekakan seorang budak; kalau tidak mampu harus berpuasa 2 (dua) bulan
berturut-turut; kalau tidak mampu harus memberi makan 60 orang miskin, setiap orang 1
mud makanan pokok. Dalam suatu hadits disebutkan sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكْتُ قَالَ مَا
لَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا قَالَ لاَ قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ
شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لاَ فَقَالَ فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لاَ
قَالَ فَمَكَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِيَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ وَالْعَرَقُ الْمِكْيَالُ قَالَ أَيْنَ
السَّائِلُ فَقَالَ أَنَا قَالَ خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّي يَا
رَسُولَ اللهِ فَوَاللهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ
أَهْلِ بَيْتِي فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ
قَالَ أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ. [رواه البخاري]
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Ketika kami sedang
duduk di hadapan Nabi saw, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki, lalu berkata: Hai
Rasulullah, celakah aku. Beliau berkata: Apa yang menimpamu? Ia berkata: Aku
mengumpuli isteriku di bulan Ramadhan sedang aku berpuasa. Maka bersabdalah
Rasulullah saw: Apakah engkau dapat menemukan budak yang engkau merdekakan? Ia
menjawab: Tidak. Nabi bersabda: Mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut? Ia
menjawab: Tidak. Nabi bersabda: Mampukah engkau memberi makan enam puluh orang
miskin? Ia menjawab: Tidak. Abu Hurairah berkata: Orang itu berdiam di hadapan Nabi
saw. Ketika kami dalam situasi yang demikian, ada seseorang yang memberikan
sekeranjang kurma (keranjang adalah takaran), Nabi saw bertanya: Dimana orang yang
bertanya tadi? Orang itu menyahut: Aku (di sini). Maka bersabdalah beliau: Ambillah ini
dan sedekahkanlah. Ia berkata: Apakah aku sedekahkan kepada orang yang lebih miskin
daripada aku, hai Rasulullah. Demi Allah, tidak ada di antara kedua benteng-kedua
bukit hitam kota Madinah ini keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka
tertawalah Rasulullah saw hingga nampak gigi taringnya, kemudian bersabda:
Berikanlah makanan itu kepada keluargamu.” [HR. Al-Bukhariy].


G. Masalah Orang yang Lupa

Orang yang makan atau minum karena lupa di siang hari pada bulan Ramadhan, dalam
keadaan berpuasa, tidaklah batal puasanya, dan harus meneruskan puasanya tanpa adanya
sanksi apapun. Dalam suatu hadits disebutkan sebagai berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ وَهُوَ صَائِمٌ فَأَآَلَ أَوْ شَرِبَ فَلْيُتِمَّ صَوْمَهُ فَإِنَّمَا أَطْعَمَهُ اللهُ
وَسَقَاهُ. [رواه الجماعة].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa lupa sedang ia berpuasa, lalu makan dan minum, maka sempurnakanlah
puasanya, karena sesungguhnya Allahlah yang memberi makan dan minum itu kepadanya.”
[HR. Al-Jama‘ah].
H. Hal-hal yang Harus Dijauhi Selama Berpuasa
1. Berkata atau melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, seperti:
berbohong, memfitnah, menipu, berkata kotor, mencaci maki, membuat gaduh,
mengganggu orang lain, berkelahi, dan segala perbuatan yang tercela menurut ajaran
Islam. Dasarnya adalah:
a. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي
أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ. [رواه الخمسة].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa ia berkata: Rasulullah saw
telah bersabda: Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan bohong dan suka
mengerjakannya, maka Allah tidak memandang perlu orang itu meninggalkan
makan dan minumnya.” [HR. Al-Khamsah].
b. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا آَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِآُمْ فَلاَ يَرْفُثْ يَوْمَئِذٍ وَلاَ يَسْخَبْ
فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ. [رواه البخاري
ومسلم].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Bersabda
Rasulullah saw: Jika seseorang di antara kamu berpuasa, maka janganlah berkata
kotor pada hari itu, dan janganlah berbuat gaduh. Jika dimarahi oleh seseorang atau
dimusuhinya, hendaklah ia berkata: ‘saya sedang berpuasa’.” [HR. Al-Bukhari dan
Muslim].
2. Berkumur atau istinsyaq secara berlebihan. Dasarnya adalah hadits Nabi saw:
عَنْ لَقِيطِ بْنِ صَبُرَةَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَخْبِرْنِي عَنْ الْوُضُوءِ
قَالَ أَسْبِغِ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ اْلأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي اْلاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ
تَكُونَ صَائِمًا. [رواه الخمسة].
Artinya: “Dari Laqith bin Saburah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya berkata: Hai
Rasulullah terangkanlah kepadaku tentang wudlu. Rasulullah saw bersabda: Ratakanlah
air wudlu dan sela-selailah jari-jarimu, dan keraskanlah dalam menghirup air dalam
hidung, kecuali jika engkau sedang berpuasa.” [HR. Al-Khamsah].
3. Mencium isteri di siang hari, jika tidak mampu menahan syahwat. Dasarnya adalah hadits
Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُ وَهُوَ
صَائِمٌ وَيُبَاشِرُ وَهُوَ صَائِمٌ وَلَكِنَّهُ آَانَ أَمْلَكَكُمْ لإِرْبِهِ. [رواه الجماعة
والنسائى].
Artinya: “Dari Aisyah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Pernah Rasulullah saw
mencium dan merangkul saya dalam keadaan berpuasa. Tetapi beliau adalah orang yang
paling mampu menahan nafsunya.” [HR. Al-Jama‘ah dan An-Nasa'i].


I. Amalan-amalan yang Dianjurkan Selama Berpuasa

1. Mengerjakan Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih). Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad
saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُرَغِّبُهُمْ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ
فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
[رواه الشيخان].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
menganjurkan (shalat) qiyami Ramadhan kepada mereka (para shahabat), tanpa perintah
wajib. Beliau bersabda: Barangsiapa mengerjakan (shalat) qiyami Ramadhan karena iman
dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR. Al-Bukhari dan
Muslim].
2. Mengakhirkan makan di waktu sahur. Dasarnya adalah hadits Nabi saw:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ آُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِيْ أَهْلِيْ ثُمَّ
تَكُوْنُ سُرْعَتِيْ أَنْ أُدْرِكَ السُّجُوْدَ مَعَ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ [رواه البخاري ، آتاب الصيام ، باب تأخير السحور] .
Artinya: Dari Sahl Ibnu Sa‘ad r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya makan sahur di
keluarga saya, kemudian saya berangkat terburu-buru sehingga saya mendapatkan sujud
(pada shalat subuh) bersama Rasulullah saw [HR al-Bukh±r³, dalam Kitab ash-Shiy±m
B±b Ta’kh³r as-Sa¥r].
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ قَالَ رَسٍوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لاَ تَزَالُ
أُمَّتِيْ بِخَيْرٍ ماَ عَجَّلُوْا اْلإِفْطَارَ وَأَخَّرُوْا السَّحُوْرَ [رواه أحمد]
Artinya: “Dari Abu Dzarr (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Umatku senantiasa dalam keadaan baik selama mereka menyegerakan berbuka dan
menta’khirkan sahur” [HR Ahmad]. Menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib
(ta‘jil). Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَزَالُ
النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari Sahl bin Sa‘ad (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw bersabda: Orang akan
selalu baik (sehat) apabila segera berbuka.” [Muttafaq ‘Alaih].
3. Menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib (ta‘jil). Dasarnya adalah hadits Nabi
Muhammad saw:
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ يَزَالُ
النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari Sahl bin Sa‘ad (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw bersabda: Orang akan
selalu baik (sehat) apabila menyegerakan berbuka.” [Muttafaq ‘Alaih].
4. Berdoa ketika berbuka puasa, dengan doa yang dituntunkan yang menunjukkan kepada
rasa syukur kepada Allah SWT. Misalnya do’a Ddzahazh zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa
tsabatil ajru insy± Allah, atau All±humma laka shumtu wa ‘al± rizqika afthartu. Hal ini
diterangkan dalam hadis-hadis berikut:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَفْطَرَ
قَالَ ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللهُ. [رواه
أبو داود].
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Apabila Rasulullah saw
berbuka, beliau berdoa: Ddahabazh zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatil ajru insy±
Allah [Hilanglah rasa haus dan basahlah urat-urat (badan) dan insya Allah mendapatkan
pahala]” [HR. Abu Dawud].
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ آَانَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم إِذَا صَامَ أَفْطَرَ
قَالَ اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ [رواه ابن أبي شيبة ،
وأبو داود والبيهقي في شعب الإيمان] .
Artinya: “Dari abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah nabi saw apabila
berpuasa, beliau berbuka. Beliau mengucapkan All±humma laka shumtu wa ‘al± rizkika
afthartu [Ya Allah untukmulah aku berpuasa dan karena rezkimulah aku berbuka] [HR
Ibnu Ab³ Syaibah, juga diriwayatkan oleh Abu D±wd
dan al-Baihaq³ dalam Syu‘abul-
´m±n].
5. Memperbanyak shadaqah dan mempelajari/membaca Al-Qur'an.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ آَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ
النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَآَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ
فِي آُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ.
[متفق عليه].
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw adalah
orang yang paling dermawan, apalagi pada bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh
Malaikat Jibril pada setiap malam pada bulan Ramadhan, dan mengajaknya membaca
dan mempelajari Al-Qur'an. Ketika ditemui Jibril, Rasulullah adalah lebih dermawan
daripada angin yang ditiupkan.” [Muttafaq ‘Alaih].
6. Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara i‘tikaf di masjid, terutama pada sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah saw.
عَنْ بْنِ عُمَرَ قَالَ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْتَكِفُ فِي
الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw selalu
beri‘tikaf pada sepuluh hari yang penghabisan di bulan Ramadhan.” [Muttafaq ‘Alaih].


J. Tuntunan Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih)


  • 1. Pengertian Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih)

Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih) ialah shalat sunnat malam pada bulan Ramadhan.

  • 2. Waktu Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih)

Adapun waktunya ialah sesudah shalat ‘Isya hingga fajar (sebelum dating waktu Shubuh),
sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ آَانَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلاَةِ الْعِشَاءِ
وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَآْعَةً.
[رواه مسلم].
Artinya: “Dari ‘Aisyah r.a. isteri Nabi saw (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
selalu mengerjakan shalat (malam) pada waktu antara selesai shalat ‘Isya, yang disebut
orang "‘atamah" hingga fajar, sebanyak sebelas rakaat.” [HR. Muslim].

  • 3. Pelaksanaan Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih)

a. Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih) sebaiknya dikerjakan secara berjama‘ah, baik di
masjid, mushalla, ataupun di rumah, dan dapat pula dikerjakan sendiri-sendiri.
Apabila dikerjakan secara berjama‘ah, maka harus diatur dengan baik dan teratur,
sehingga menimbulkan rasa khusyu‘ dan tenang serta khidmat; shaf laki-laki dewasa
di bagian depan, anak-anak dibelakangnya, kemudian wanita di shaf paling
belakang. Kalau perlu dapat diberi tabir, untuk menghindari saling memandang
antara laki-laki dan wanita. Dasarnya adalah:
1) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا
النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ
فَيُصَلِّي بِصَلاَتِهِ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلاَءِ
عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ
آَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ
قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ ... [رواه البخاري].
Artinya: “Dari ‘Abdir-Rahman bin ‘Abdil-Qari, (diriwayatkan bahwa) ia berkata:
Saya keluar bersama Umar ibnul-Khathab r.a. di suatu malam pada bulan
Ramadhan ke masjid, ketika itu manusia berkelompok-kelompok terpisah-pisah,
ada seorang laki-laki yang mengerjakan shalat sendirian, ada pula seorang lakilaki
yang sedang melakukan shalat kemudian sekelompok orang mengikuti
shalatnya, lalu berkatalah Umar: Seandainya saya kumpulkan mereka untuk
mengikuti satu adalah lebih utama. Kemudian setelah memantapkan niatnya, ia
mengumpulkan mereka agar mengikuti Ubay bin Ka‘ab (sebagai imamnya).
Kemudian saya keluar bersama Umar pada malam yang lain, dan manusia sedang
mengerjakan shalat mengikuti shalat imam mereka. Lalu berkatalah Umar:
Alangkah baik bid‘ah ini …” [HR. Al-Bukhariy].
2) Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ صَلَّيْتُ أَنَا وَيَتِيمٌ فِي بَيْتِنَا خَلْفَ النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُمِّي أُمُّ سُلَيْمٍ خَلْفَنَا. [رواه البخاري].
Artinya: “Dari Anas ibn Malik r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya
mendirikan shalat di rumah saya bersama anak yatim di belakang Nabi saw,
sedang ibuku, Ummu Sulaim di belakang kami.” [HR. Al-Bukhari].
b. Qiyamul-Lail (Shalat Tarawih) dikerjakan dengan 4 raka‘at, 4 raka‘at tanpa tasyahud
awal, dan 3 raka‘at witir tanpa tasyahud awal, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَائِشَةَ حِيْنَ سُئِلَتْ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي رَمَضَانَ قَالَتْ مَا آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَآْعَةً يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ
عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً [رواه البخاري ومسلم].
Artinya: “Dari ‘Aisyah (diriwayatkan bahwa) ketika ia ditanya mengenai shalat
Rasulullah saw di bulan Ramadan. Aisyah menjawab: Nabi saw tidak pernah
melakukan shalat sunnat di bulan Ramadan dan bulan lainnya lebih dari sebelas
rakaat. Beliau shalat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan
indahnya. kemudian beliau shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya
bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” [HR. Al-
Bukhari dan Muslim].
c. Sebelum mengerjakan Qiyamul-Lail, disunnatkan mengerjakan shalat sunat dua
raka‘at ringan (Shalat Iftitah), sebagaimana dijelaskan dalam hadits Nabi Muhammad
saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَامَ
أَحَدُآُمْ مِنْ اللَّيْلِ فَلْيَفْتَتِحْ صَلاَتَهُ بِرَآْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ. [رواه مسلم
وأحمد وأبو داود].
Artinya: “Dari Abu Hurairah dari Nabi saw, (diriwayatkan bahwa) beliau bersabda:
Jika salah satu di antara kamu mengerjakan qiyamul-lail, hendaklah ia membuka
(mengerjakan) shalatnya dengan shalat dua rakaat ringan.” [HR. Muslim, Ahmad, dan
Abu Dawud].
d. Bacaan surat yang dibaca setelah membaca Al-Fatihah pada 3 raka‘at shalat witir,
menurut Rasulullah saw adalah sebagai berikut: Pada raka‘at pertama membaca surat
Al-A‘la, pada raka‘at kedua membaca surat Al-Kafirun, dan pada raka‘at ketiga
membaca surat Al-Ikhlash. Dalam hadits Nabi disebutkan sebagai berikut:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ آَعْبٍ قَالَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آَانَ يَقْرَأُ
فِي الرَّآْعَةِ اْلأُولَى مِنْ الْوِتْرِ بِسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ اْلأَعْلَى وَفِي الثَّانِيَةِ
بِقُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَفِي الثَّالِثَةِ بِقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ. [رواه النسائى
والترمذى وابن ماجه].
Artinya: “Dari Ubay bin Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Bahwa Nabi saw
pada shalat witir pada rakaat yang pertama selalu membaca Sabbihisma Rabbikal-
A‘laa, dan pada rakaat yang kedua membaca Qul Yaa Ayyuhal-Kaafiruun, dan pada
rakaat yang ketiga membaca Qul Huwallaahu Ahad.” [HR. An-Nasa'i, At-Tirmidzi,
dan Ibnu Majah].
e. Setelah selesai 3 raka‘at shalat witir, disunatkan membaca doa dengan suara nyaring:
سُبْحَانَ اْلمَلِكِ اْلقُدُّوسِ.
Artinya: “Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih.”
Dibaca tiga kali, dan membaca:
رَبُّ اْلمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ.
Artinya: “Yang Menguasai para Malaikat dan Ruh/Jibril.”
Berdasarkan hadis:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ آَعْبٍ قَالَ: آَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم إِذِا
سَلَّمَ فِيْ اْلوِتْرِ قَالَ سُبْحَانَ اْلمَلِكِ اْلقُدُّوْسِ [رواه أبو داود].
Artinya: “Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah
saw membaca Sub¥±nal-Malikil-Qudds
[Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan
Yang Maha Bersih]” [HR AbD±
wd].
عَنْ أُبَيِّ بْنِ آَعْبٍ قَالَ آَانَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم يُوْتِرُ
بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ اْلأَعْلَى وَقُلْ يَا أَيُّهَا اْلكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ الله أَحَدٌ
وَإِذَا سَلَّمَ قَالَ سُبْحَانَ اْلمَلِكِ اْلقُدُّوْسِ ثَلاَثَ مَرَاتٍ وَمَدَّ بِاْلأَخِيْرَةِ
صَوْتَهُ وَيَقُوْلُ رَبِّ اْلمَلاَئِكَةِ وَالرُّوْحِ [رواه الطبراني في المعدم
الأوسط] .
Artinya: “Dari Ubayy Ibnu Ka‘ab (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Adalah Rasulullah
saw melakukan witir dengan membaca Sabbihis—marabbikal-a‘l±, qul y± ayyuhalk±
firn
dan qul huwall±hu a¥±d; dan apabila selesai salam ia membaca Sub¥±nal-
Malikil-Qudds
[Maha Suci Allah Yang Maha Merajai dan Yang Maha Bersih] tiga
kali dan menyaringkan suaranya dengan yang ketiga, serta mengucapkan rabbulmal±’
ikati war-r¥
[Tuhan Malaikat dan ruh]” [HR ath-Thabarani, di dalam al-
Mu‘jam al-Ausath].


K. Tuntunan Idul Fitri

1. Memperbanyak takbir pada malam Hari Raya ‘Idul Fitri, sejak matahari terbenam, hingga
esok, ketika shalat ‘Id dimulai. Dasarnya adalah firman Allah SWT:
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاآُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ.
.[185 :( [البقرة ( 2
Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” [QS. Al-Baqarah (2): 185].
2. Sebelum berangkat ke tempat shalat, hendaklah memakai pakaian yang terbaik yang
dimilikinya, memakai wangi-wangian, makan secukupnya. Pada waktu berangkat shalat
hendaklah selalu membaca takbir. Dan pada waktu pulang hendaklah mengambil jalan
lain ketika berangkat. Semua kaum muslimin dan muslimat dianjurkan mendatangi
tempat shalat untuk mendengarkan khutbah. Para wanita yang sedang haidl cukup
mendengarkan khutbah, tidak mengerjakan shalat. Dasar-dasarnya adalah:
a. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنِ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَمَرَناَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِيْ العِيْدَيْنِ أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ ماَ نَجِدُ وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدِ ماَ نَجِدُ
وَأَنْ نُضَحِّيَ بِأَسْمَنِ ماَ نَجِدُ. [رواه الحاآم].
Artinya: “Dari Anas r.a. (iriwayatkan bahwa) Rasulullah saw menyuruh kami pada
dua hari raya [Idul Fitri dan Idul Adlha] agar memakai pakaian yang terbaik yang
kami miliki, memakai wangi-wangian yang terbaik, dan menyembelih binatang yang
paling gemuk.” [HR. Al-Hakim].
b. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: آَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
خَرَجَ إِلَى الْعِيدَيْنِ يَرْجِعُ فِي غَيْرِ الطَّرِيقِ الَّذِي خَرَجَ فِيهِ. [رواه
أحمد ومسلم].
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
apabila keluar ke tempat shalat dua Hari Raya, pulangnya selalu mengambil jalan
lain dari ketika beliau keluar.” [HR. Ahmad dan Muslim].
c. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ مِنَ السُّنَّةِ أَنْ يَخْرُجَ إِلَى الْعِيدِ
مَاشِيًا وَأَنْ يَأْآُلَ شَيْئًا قَبْلَ أَنْ يَخْرُجَ. [رواه الترمذي].
Artinya: “Dari ‘Ali r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Termasuk sunnah Nabi, pergi
ke tempat shalat ‘Id dengan berjalan kaki dan makan sedikit sebelum keluar.” [HR at-
Tirmidzi].
d. Hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ أَمَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ
نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ
الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ
الْمُسْلِمِينَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ إِحْدَانَا لاَ يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ
لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا. [رواه الجماعة].
Artinya: “Dari Ummu ‘Athiyyah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
memerintahkan kami supaya menyuruh mereka keluar pada hari Idul Fitri dan Idul
Adlha: yaitu semua gadis remaja, wanita sedang haid dan wanita pingitan. Adapun
wanita-wanita sedang haid supaya tidak memasuki lapangan tempat shalat, tetapi
menyaksikan kebaikan hari raya itu dan panggilan kaum Muslimin. Aku bertanya:
Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang kami yang tidak mempunyai baju jilbab?
Rasulullah menjawab: Hendaklah temannya meminjaminya baju kurungnya.” [HR.
Al-Jama‘ah].
3. Lafadz Takbir
Lafadz takbir untuk Hari Raya adalah:
اَللهُ أَآْبَرُ اللهُ أَآْبَرُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَآْبَرُ، اَللهُ أَآْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.
Dasarnya adalah hadits Nabi Muhammad saw:
عَنْ سَلْماَنَ قَالَ: آَبِّرُوْا اَللهُ أَآْبَرُ اللهُ أَآْبَرُ آَبِيْرًا . وَجَاءَ عَنْ عُمَرَ
وَاْبنِ مَسْعُوْدٍ: اَللهُ أَآْبَرُ اَللهُ أَآْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَآْبَرُ، اَللهُ أَآْبَرُ
وَللهِ اْلحَمْدُ. [رواه عبد الرزاق بسند صحيح].
Artinya: “Dari Salman (dilaporkan bahwa) ia berkata: Bertakbirlah dengan: Allaahu
akbar, Allaahu akbar kabiiran. Dan dari Umar dan Ibnu Mas‘ud (dilaporkan): Allaahu
akbar, Allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar wa lillaahilhamd.”
[HR. ‘Abdur-Razzaq, dengan sanad shahih].
4. Zakat Fitri
Zakat fitri diwajibkan kepada setiap orang muslim/muslimah, tua muda, dan anak kecil,
yang pada menjelang Hari Raya mempunyai kelebihan makanan pokok. Zakat fitri
berupa makanan pokok sebanyak 1 sha‘ (± 2,5 kg). Zakat fitri ditunaikan pada akhir
Ramadhan, dan selambat-lambatnya sebelum shalat ‘Id dilaksanakan. Apabila zakat
tersebut ditunaikan sesudah shalat ‘Id, maka berubah menjadi shadaqah biasa. Sebaiknya
zakat fitri dikumpulkan pada Panitia Zakat (Amil Zakat), agar dapat dibagikan secara
merata dan teratur.
Adapun tujuan zakat fitri ialah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari dosadosanya,
karena ketika berpuasa, baik sengaja maupun tidak sengaja, telah melakukan
hal-hal yang dilarang oleh Syari‘ah, dan juga untuk menyantuni para fakir miskin.
Dalam hadits Nabi saw disebutkan sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ فَرَضَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَآَاةَ
الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاآِينِ مَنْ أَدَّاهَا
قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِيَ زَآَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ
مِنَ الصَّدَقَاتِ. [رواه أبو دادود وابن ماجه].
Artinya: “Dari Ibnu Abbas r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw telah
mewajibkan zakat fitri untuk mensucikan diri orang yang berpuasa dari perkataan yang
sia-sia dan kotor serta untuk memberi makan kepada orang-orang miskin. Barang siapa
yang menunaikannya sebelum shalat ‘Id, maka itu adalah zakat yang diterima, dan barang
siapa yang menunaikannya sesudah shalat ‘Id, maka itu hanyalah sekedar sedekah.” [HR.
Abu Dawud, Ibnu Majah].
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرَضَ
زَآَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى آُلِّ نَفْسٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ أَوْ
رَجُلٍ أَوِ امْرَأَةٍ صَغِيرٍ أَوْ آَبِيرٍ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ.
[رواه مسلم].
Artinya. “Dari Abdullah Ibnu Umar r.a. (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw telah
mewajibkan zakat fitri pada bulan Ramadhan atas setiap jiwa orang Muslim, baik merdeka
ataupun budak, laki-laki ataupun wanita, kecil ataupun besar, sebanyak satu sha' kurma
atau gandum. [HR. Muslim].
5. Shalat dan Khutbah ‘Idul Fitri
a. Shalat Idul Fitri dikerjakan secara berjama‘ah di tanah lapang. Jumlah rakaat shalat
Idul Fitri adalah dua rakaat, dengan tujuh kali takbir setelah takbiratul ihram pada
rakaat pertama, dan lima kali takbir pada rakaat kedua. Dasar-dasarnya adalah:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ
الصَّلاَةُ ... [رواه البخاري].
Artinya: “Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Nabi
Muhammad saw selalu keluar pada hari Idul Fitri dan hari Idul Adlha menuju
lapangan, lalu hal pertama yang ia lakukan adalah shalat ...” [HR. Al-Bukhari].
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ يَوْمَ
أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَآْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ
بَعْدَهَا...[أخرجه السبعة].
Artinya: “Dari Ibnu Abbas (diriwayatkan) bahwasanya Rasulullah saw pada hari Idul
Adlha atau Idul Fitri keluar, lalu shalat dua rakaat, dan tidak mengerjakan shalat
apapun sebelum maupun sesudahnya. [Ditakhrijkan oleh tujuh ahli hadis].
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آَانَ يُكَبِّرُ فِي
الْعِيدَيْنِ سَبْعًا وَخَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ. [رواه أحمد].
Artinya: “Dari Aisyah (diriwayatkan bahwa) Rasulullah saw pada shalat dua hari raya
bertakbir tujuh kali dan lima kali sebelum membaca (al-Fatihah dan surat). [HR
Ahmad].
b. Khutbah Idul Fitri dikerjakan satu kali sesudah melaksanakan shalat Idul Fitri,
dimulai dengan bacaan hamdalah. Dasarnya adalah:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ آَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى فَأَوَّلُ شَيْءٍ يَبْدَأُ بِهِ
الصَّلاَةُ ثُمَّ يَنْصَرِفُ فَيَقُومُ مُقَابِلَ النَّاسِ وَالنَّاسُ جُلُوسٌ عَلَى
صُفُوفِهِمْ فَيَعِظُهُمْ وَيُوصِيهِمْ وَيَأْمُرُهُمْ فَإِنْ آَانَ يُرِيدُ أَنْ يَقْطَعَ
بَعْثًا قَطَعَهُ أَوْ يَأْمُرَ بِشَيْءٍ أَمَرَ بِهِ ثُمَّ يَنْصَرِفُ. [متفق عليه].
Artinya: “Dari Abu Sa‘id al-Khudri (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Rasulullah saw
keluar pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adlha menuju lapangan tempat shalat, maka
hal pertama yang dia lakukan adalah shalat, kemudian manakala selesai beliau
berdiri menghadap orang banyak yang tetap duduk dalam saf-saf mereka, lalu Nabi
saw menyampaikan nasehat dan pesan-pesan dan perintah kepada mereka; lalu jika
beliau hendak memberangkatkan angkatan perang atau hendak memerintahkan
sesuatu beliau laksanakan, kemudia lalu beliau pulang. [HR. Muttafaq ‘Alaih].
عَنْ جَابِرٍ قَالَ شَهِدْتُ الصَّلاَةَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِي يَوْمِ عِيدٍ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ
فَلَمَّا قَضَى الصَّلاَةَ قَامَ مُتَوَآِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَحَمِدَ اللهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ
وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَآَّرَهُمْ وَحَثَّهُمْ عَلَى طَاعَتِهِ ... [رواه النسائي].
Artinya: “Dari Jabir (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Saya menghadiri shalat pada
suatu hari raya bersama Rasulullah saw: sebelum khutbah beliau memulai dengan
shalat tanpa azan dan tanpa qamat. Lalu manakala selesai shalat beliau berdiri
dengan bersandar kepada Bilal. Lalu ia bertahmid dan memuji Allah, menyampaikan
nasehat dan peringatan untuk jamaah, serta mendorong mereka supaya patuh
kepada-Nya ... [HR. an-Nasa’i].





































Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah

0 komentar: